Minggu, 07 Juni 2009

Membuat Film itu mudah ga sih??


Mungkin memang pertanyaan itu yang akan muncul di benak kita, para pencinta film yang masih awam banget dengan dunia produksi film. Tapi membuat film memang tidak hanya sekedar mengambil gambar adegan lalu menyusunnya menjadi sebuah cerita, ada proses panjang dan mungkin rumit yang harus kita lalui. Tapi menyenangkan kok…!!

Belajar dari pengalamanku kemarin saat memproduksi film pendek dengan teman-teman komunitas film di kampus, membuatku sedikit banyak bisa menceritakan suka dan duka proses pembuatan film.

Diawali dengan pra produksi yang akan sedikit ribet, karena sebenarnya disinilah proses penting yang harus dilakukan saat produksi dipersiapkan. Mulai dari penentuan ide cerita, konsep film, pembentukan crew, penulisan skenario dan pengembangannya, mencari lokasi (manajer lokasi neh yang paling sibuk), bikin story board (ne biasanya DOP & story boardernya yang bikin), pengadaan alat produksi (hehehe..ini mungkin cuma dilakukan oleh tim produksi film yang belum punya alat-alat lengkap untuk memproduksi film), casting & reading talent (yang dibuat pusing divisi penyutradaraan tuh!!), sampai mengurus secara detail semua keperluan syuting (kalo bagian ini semua divisi bakalan pada sibuk nih..!!). Dan dipastikan saat pra produksi para crew akan sering ngadain rapat, tiada hari tanpa rapat produksi (curhat ne yee!!)….Karena bisa dibilang pra produksi ini yang akan sangat menentukan sukses tidaknya proses produksi film dilapangan nanti. Semakin matang persiapan produksi yang dilakukan, maka akan semakin mempermudah jalannya produksi film.

Setelah berkutat dengan kesibukan pra produksi yang waktu itu berlangsung hampir 1 bulan, akhirnya hari-hari syuting produksi film sudah ada di depan mata dan tinggal bagaimana kita menjalaninya saja. Harapan awal yang sangat diharapkan pastinya adalah kelancaran proses syuting film nantinya.

Mengikuti jadwal syuting yang sudah ditentukan akhirnya kita akan melewati scene per scene dari skenario film untuk di produksi. Butuh kerajasama tim yang sangat kompak dari setiap bagian crew dari film ini, karena apapun yang tidak pernah kita bayangkan saat pra produksi bisa saja terjadi. Sedikit saja terjadi miscommunication bisa dijamin akan terjadi pertarungan sengit antar crew di lokasi syuting nantinya. Entah itu hanya perang dingin, perang mulut, bahkan bisa sampe fisik juga loh..kalau saja diantara crew ada yang gak bisa ngontrol diri (untung saja itu tidak terjadi di produksi film-ku kemarin).

Saat produksi film, kita wajib tuh ngadain evaluasi tiap selesai syuting hari itu..coz disinilah tempat kita sebagai crew film bisa dapat kritik dan saran dari teman-teman sesama crew yang pastinya itu yang akan bikin kita belajar banyak.
Kesalahan kecil ataupun besar yang kita lakuin saat syuting bisa dapat jalan keluar yang terbaik saat kita mau berbagi dengan sesema crew film. Dan proses ini akan dan harus terus berlangsung sampai proses produksi film selesai secara keseluruhan (jadi ga’ akan ada salah paham antar crew cuma karena evaluasi ditunda atau ga’ di adain).
Nah itu aja dulu deh tentang produksi film, sekarang kita beranjak ke tahap pasca produksi film.

Tahapan pasca produksi ada proses editing, di proses inilah gambar-gambar yang sudah diambil saat produksi di olah menjadi sebuah film seperti yang diharapkan. Di tahap ini yang paling sibuk para editor nih, mulai dari editing offline sampai editing online. Tapi tentu saja sutradara masih ikut andil banyak dip roses ini, karena cuma sutradara yang bisa menetukan film akan jadi seperti apa? dan mau di edit seperti apa? Editor hanya tinggal mengikuti apa maunya sang sutradara.
Setelah melalui proses editing yang juga lumayan panjang, akhirnya jadi deh filmnya..!!.
(tahapan ini aku tidak terlalu banyak berkecimpung di dalamnya, jadi kurang tahu banyak tentang proses editing lebih detailnya..hehehe)

Judul Sinetron yang Seragam

Ngebahas sinetron Indonesia emang ga’ akan ada habisnya, ada saja yang bisa dijadikan topik perbincangan. Sinetron Indonesia cenderung memiliki judul yang seragam, kalau kita masih ingat saat booming-nya sinetron “Tersanjung”, hampir semua judul sinetron menggunakan awalan “ter-“ pada judulnya sebut saja ada Terpikat dan Tersayang.

Kalau kita mau memperhatikan, sinetron Indonesia sekarang ini lebih banyak mengambil judul dari salah satu nama tokoh wanita pemeran utamanya, seperti Alisa, Sekar, Rafika, Lia, Dewi (milik RCTI), Cinta Bunga, Cinta Fitri (SCTV), Larasati, Inayah (Indosiar).
Entah apa sebenarnya yang melatarbelakangi judul sinetron kita saat ini jadi seragam, apakah sisi kreatif untuk membuat judul sinetron sudah berkurang? Atau malah para pekerja kreatif itu sudah kehabisan bahan untuk membuat judul sinetron yang menarik?

Secara pribadi, saya sempat meraba-raba apa sebenarnya yang menjadi pertimbangan PH (production house) memberikan judul yang seragam di sinetron-sinetron produksinya. Mungkin saja mereka tidak mau ambil resiko alur cerita di sinetronnya akan melenceng dari judul karena adanya perpanjangan episode (akibat ratting yang tinggi) yang menjadikan ceritanya juga semakin diulur-ulur dan semakin tidak jelas alurnya. Seperti yang pernah terjadi di salah satu sinetron yang ditayangkan RCTI (Cerita SMA) yang awalnya hanya menceritakan kisah tokoh utamanya Milly dan Fachri dengan kehidupannya sebagai pelajar SMA tapi pada episode perpanjangannya malah hanya menceritakan si bocah ajaib “Baim”. Pihak rumah produksi sinetron sepertinya sudah tidak mau mengambil resiko mengulangi kesalahan yang sama, mungkin itulah sebabnya mereka hanya memakai judul dengan nama tokoh utamanya karena dengan hal ini saat terjadi perpanjangan episode-pun tidak akan banyak berpengaruh pada alur cerita yang juga diperpanjang selama alur ceritanya tetap tentang si tokoh utama yang namanya di ambil sebagai judul.

Mungkin memang sudah saatnya ada generasi muda penerus dunia sinematografi di sinetron kita ada yang puny aide-ide jenius dan pemikiran-pemikiran baru untuk memajukan dunia sinetron tanpa menyeragamkan judul atau memperpanjang episode dan cerita hanya untuk kepentingan komersil belaka.

kamus istilah dalam produksi film (TUVW)

T
Tag, Tag Line :
Kalimat atau tindakan dalam sebuah adegan terakhir dari sebuah film yang diharapkan dapat menjadi puncak dari apa yang telah disuguhkan sebelumnya.

Teaser :
Adegan pertama dari keseluruhan gambar dari cerita. Biasanya adegan yang menarik, digunakan di televisi.
Tele-Photo Lens :
Lensa dengan panjang fokus lebih besar dari normal yang digunakan untuk membuat obyek jauh menjadi dekat.
That’s a Hold :
Perintah dari sutradara pada script supervidor dan asisten kamera bahwa pengambilan gambar yang baru saja selesai tidak akan dikirim ke lab untuk dicetak tapi diberi label “hold” sampai pengambilan gambar lainnya telah selesai dan sutradara memutuskan gambar mana yang akan dicetak.
Tilt :
Menggerakan kamera secara vertikal (naik-turun)
Tone Track :
Soundtrack yang memunculkan bunyi latar yang diasosiasikan dengan lokasi interor atau eksterior. Suara ini biasanya tidak disadari namun memberikan sentuhan realitas yang dibutuhkan oleh sebuah film.
Top Lighting :
Cahaya dari sumber yang diletakkan diatas subyek sehingga turun menyinari.
Transportation Departement :
Bertanggungjawab terhadap semua kendaraan yang digunakan oleh kru dan pemain selama syuting berlangsung. Dalam hal ini termasuk antar dan jemput kru atau pemain.

Treatment :
Presentasi detail dari cerita sebuah film namun belum berbentuk naskah.

Triangle :
Alat yang digunakan untuk menahan kaki-kaki tripod agar tidak bergerak jika diletakkan di lantai yang licin.


Two/Three Shot :
Perintah yang seringkali digunakan oleh sutradara untuk mengarahkan kamera pada dua/tiga obyek yang dituju.

U
Unit Manager :
Bertanggungjawab atas kelancaran operasi perusahaan film di lokasi.
V
Variable Speed Motor :
Variasi kecepatan film di kamera untuk keperluan efek khusus.
Viewfinder :
Instrumen optik yang diletakkan samping kiri blimp yang memungkinkan operator kamera untuk mengikuti aksi sementara kamera sedang berputar.
Voice Cue :
Sinyal vokal dari sutradara atau aktor/aktris dalam adegan bahwa sudah waktunya aktor/aktris lain masuk.
VTR :
Video Tape Recording

Very Long Shot :
Gambar yang diambil dari jarak yang sangat jauh
Voice Over :
Suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita (narasi)

W

Wardrobe Box :
Kotak penyimpanan kostum.
Wardrobe Departement :
Bertanggungjawab atas pemilihan kostum yang akan dipergunakan untuk produksi.

Wild Line :
Kalimat yang biasanya direkam setelah pengambilan gambar atau diakhir syuting pada hari itu. Dipergunakan untuk mengulang kalimat dari suatu adegan yang telah diambil karena tidak jelas.

White Balance :
Prosedur untuk mengoreksi warna gambar dari kamera dengan
mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum warna.
Umumnya prosedur ini menggunakan warna putih sebagai dasar
Wild Recording :
Perekaman yang tidak dilakukan selama proses fotografi. efek suara dan bunyi acak biasanya direkam dengan cara ini, kadang untuk narasi dan musik juga. Seringkali disebut Non-Sync.

Wind Machine :
Kipas angin besar yang ditutup dengan kawat pengaman. Digunakan untuk menciptakan efek angin.
Wipe :
Efek optik antara 2 gambar dimana gambar ke-2 mulai di bagian luar layar dan menghapus gambar pertama sampai dengan garis yang masih terlihat dan pada akhirnya menutupi gambar pertama.
Wrap :
Perintah yang digunakan untuk memberitahukan pada semua orang bahwa syuting pada hari itu sudah selesai.

kamus istilah dalam produksi film (PQRS)

P
PAL (Phase Alternation by Line) :
Sistem warna televisi yang pertama kali dibuat di Jerman, dan digunakan di Eropa dan beberapa negara lain termasuk Indonesia. PAL terdiri dari 625 garis pemindaian berada pada rate 25 frame perdetiknya.
Plot :
Alur cerita dari sebuah naskah.
P.O.V. :
Point of View (Sudut Pandang).
Practical :
Deskripsi dari sesuatu dalam sebuah set film seperti pada kehidupan nyata. Misalnya kompor gas, bak cuci, pintu terbuka, pencahayaan lampu.
Print :
Perintah ketika pengambilan gambar telah lengkap dan dikirim ke laboratorium untuk dikembangkan.
Producer :
Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disetujui oleh executive producer.
Production Departement :
Bagian yang menentukan batasan biaya dan menangani persiapan dan pelaksanaan atas segala keperluan dalam sebuah produksi.
Production Assistant :
Bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dilapangan selama proses produksi.

Production Manager :
Orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal sampai produksi itu selesai.
Production Unit :
Terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua orang yang diperlukan dalam suatu produksi.
Prop Box (Kotak Properti) :
Tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran serta memiliki roda yang gunanya sebagai tempat penyimpanan barang-barang kebutuhan suatu produksi.
Prop Man :
Bertugas untuk memastikan bahwa properti ada ditempat yang seharusnya pada saat dibutuhkan untuk suatu produksi.

Power Pack :
Tempat khusus untuk pembagian arus listrik
Panning :
Pergerakan horisontal kamera dari kiri kekanan maupun sebaliknya

R
Rain Cluster :
Sebuah perangkat sprinkler yang dapat digantung diatas kepala untuk memberikan simulasi efek dari hujan. Di sini sering memakai semburan dari mobil pemadam kebakaran.
Raw Stock :
Film yang belum diekspose.
Reaction Shot :
Pengambilan gambar yang dimasukkan dalam sebuah adegan untuk menunjukkan efek kalimat atau tindakan terhadap partisipan lain dalam adegan tersebut.
Reel of Film :
Jumlah film yang akan diproyeksikan dalam waktu 10 menit. 900 feet untuk ukuran 35mm atau 360 feet untuk ukuran 16mm. Gulungan standar dapat menampung film sepanjang 1000 feet untuk 35mm dan 400 feet untuk 16mm.
Reflector :
Pemantul yang permukaannya berlapis perak digunakan untuk memantulkan cahaya. Untuk pengambilan film eksterior reflektor sering digunakan untuk mengarahkan sinar matahari ke bagian dalam suatu adegan.
Release Print :
Married Print yang dibuat untuk didistribusikan ke bioskop setelah answer print (telah disetujui)

Re-Load :
Penanda dari departemen kamera atau tata suara ketika mereka telah kehabisan persediaan untuk merekam.
Remake :
Produksi suatu film yang sebelumnya telah diproduksi.
Re-Run :
Memutar ulang suatu film atau acara televisi.
Research Departement :
bagian riset yang terdiri dari orang-orang yang menilai otentisitas artikel, benda, kostum, dan peristiwa dalam sebuah film sebelum produksi film tersebut dijalankan.
Resolution, Resolving Power :
Kemampuan lensa atau film untuk menangkap serta menunjukkan detail yang halus.

Re-Take :
Pengambilan ulang suatu gambar/adegan dalam syuting.

Reverse, Reverse Angle :
Lawan dari sudut kamera dari adegan yang baru saja diselsaikan untuk memperlihatkan sisi lain dari gambar.

Rigging :
Sebuah rangka pondasi untuk penyangga lampu penerangan pada suatu set. Sering disebut juga dengan Scaffolding.

Roll, Rool ‘em :
Perintah yang biasanya diberikan oleh asisten sutradara ketika sutradara merasa adegan telah siap untuk pengambilan gambar dengan memfungsikan kamera film dan peralatan rekam lainnya.

Rough Cut :
Penggabungan dari berbagai adegan film menurut suatu cerita yang komprehensip, biasanya sudah dengan dialog dan soundtrack.
Running Shot :
Menggerakkan kamera untuk menyesuaikan dengan aktor/aktris ketika mereka menyeberangi set atau lokasi.
Rushes :
Cetakan dari hasil pengambilan gambar hari itu yang diproses pada hari yang sama sehingga dapat dilihat pada besoknya.
Rundown :
Susunan isi dan alur cerita dari program acara yang dibatasi oleh
durasi, segmentasi, dan bahasa naskah
Run Through :
Latihan akhir bagi seluruh pendukung acara yang disesuaikan dengan
urutan acara dalam rundown

S
Sandbag :
Tas/bungkusan berisi pasir untuk pemberat.
Scouting :
Mencari lokasi untuk produksi atau bisa juga mencari orang yang berbakat.
Screen Play :
Naskah lengkap yang menjadi bahan untuk melakukan produksi film.
Screen Test :
Sebuah adegan yang memberikan kesempatan bagi aktor/aktris untuk memperlihatkan kemampuannya. Adegan ini biasanya diambil dari film untuk mempertimbangkan seorang aktor/aktris diambil lengkap dengan menggunakan kostum, set, dan riasan.
Scrim :
Sebuah bendera yang dibuat dari materi tembus cahaya. Kegunaannya adalah sebagian untuk mengurangi dan mendifusikan sumber cahaya. Berada ditengah antara sebuah gobo dan sebuah diffuser.
Script Supervisor, Script Clerk :
Bertanggungjawab untuk mencatat seluruh adegan dan pengambilan gambar yang diproduksi. termasuk semua informasi yang diperlukan seperti durasi, arah gerakan, penagrahan mimik wajah, penempatan aktor/aktris dan properti, serta gerakan fisik yang harus disesuaikan aktor/aktris dalam semua cakupan yang berurutan untuk kemungkinan pengambilan gambar ulang. Semua informasi ini dimasukkan dalam salinan naskah milik supervisi naskah dan digunakan oleh editor ketika tahap editing. Dalam salinan ini juga dimasukkan catatan dari sutradara untuk editor.
Sequence :
Sebuah rangkaian adegan.
Shutter :
Mekanisme kamera yang mencegah cahaya masuk ke film diantara pengukuran frame segingga serial foto yang terpisah memiliki jarak walaupun gulungan film tetap diputar dalam kamera.
Sneak, Sneak Preview :
Pemutaran film di bioskop tanpa pemberitahuan sehingga pembuat film dapat memperoleh tanggapan dari penonton sebelum didistribusikan secara umum. Seringkali tanggapan dari penonton untuk membuat perubahan dalam film yang menurut produser akan membuat film tersebut lebih berhasil dipasaran.
Soft Focus :
pengambilan gambar dengan lensa yang diatur sedikit out of focus sehingga subyek tampak agak buram. seringkali digunakan ketika memfoto seorang aktor.aktris yang mulai terlihat berkerut.
Soft Light :
Pencahayaan lampu yang memungkinkan tidak menghasilkan bayangan dan berpendar secara keseluruhan.

Sound Camera :
Kamera yang beroperasi dengan tenan selama perekaman gambar sehingga suara dapat direkam tanpa adanya bunyi dari kamera.
Splice, Splicing :
Penggabungan akhir dari 2 buah film sehingga terbentuk sebuah kesatuan yang berkesinambungan. Proses ini disebut splicing, hubungannya disebut splice.
Sprocket :
Roda dengan gerigi teratur yang mencengkeram bagian pinggir film untuk menggerakkannya didalam kamera.
Still man, Photographer :
Bertanggungjawab atas publitas dan pembuatan foto set serta lokasi. Dapat juga digunakan pada kesempatan tertentu.
Stop Frame :
Pengulangan sebuah frame film untuk memberikan efek diam pada aksi. Juga disebut dengan freeze frame.
Story Board :
Sketsa yang menggambarkan adegan dalam film. Digunakan untuk mempemudah pengambilan gambar.

Sunshade (Lens Shade) :
Kotak persegi panjang untuk meningkatkan ukuran lensa keluar, dipasangkan pada kamera diabgian lensa depan untuk mencegah masuknya cahaya kedalam lensa.
Super, Superimposure :
Penempatan sebuah gambar diatas gambar lainnya, misalnya title atau subtitle terjemahan bahasa.
Swish Pan :
Gerakan panning ketika kamera digerakkan secara cepat dari sebuah sisi ke sisi lainnya, menyebabkan gambar menjadi kabur untuk memunculkan kesan gerakan mata secara cepat.
Simply Shot :
Gambar yang diambil dari sudut yang mudah
Script Format :
Format penulisan naskah acara
Script Marking :
Penandaan pada naskah untuk menjadi catatan bagi sutradara maupun
pendukung produksi lainnya
Stock Shot :
Berbagai bentuk gambar yang diciptakan untuk menjadi pilihan pada
saat gambar-gambar tersebut memasuki proses editing
Suspense :
Istilah yang digunakan untuk menunjukkan adegan yang menegangkan
dan mengundang rasa was-was bagi penonton

Steady Shot :
Gambar sempurna dan tidak terlalu banyak bergerak dan dapat dinikmati
dengan posisi diam
Slow Motion :
Pergerakan gambar yang diperlambat sesuai dengan kebutuhan cerita

kamus istilah dalam produksi film (MNO)

M
Magazine :
Wadah film yang membentuk bagian dari suatu kamera atau proyektor. Magazine bersifat tahan cahaya serta tidak memungkinkan cahaya untuk masuk ke film yang belum atau sudah exposed didalam magazine.
Magnetic Recorder :
Alat perekam pita magnetik.
Make-Up Call :
Waktu untuk aktor/aktris berada pada bagian make-up atau ruang rias sebelum dimulainya syuting.
Make-Up Departement :
bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.
Mark It :
Perintah terhadap asisten kamera untuk melepaskan clapper stick pada slate board untuk memberikan tanda suara pada adegan ketika kamera sedang berjalan pada kecepatan fotografi.
Marks :
Digunakan untuk memberikan referensi pada aktor/aktris atau dolly mengenai posisi tertentu dalam suatu adegan. Tanda ini dapat dibuat ditanah atau lantai dengan menggunakan kapur, kertas perekat, tees atau segitiga dari kayu serta metal.
Married Print :
Gabungan antara track gambar dan suara setelah film tersebut selesai diedit. Istilah ini tidak dikenal dalam produksi dengan menggunakan format video.
Match :
Menghasilkan ulang suatu tindakan yang dilakukan dalam adegan lain sehingga keduanya dapat dipotong sehingga menghasilkan posisi yg dapat disesuaikan.
Matching Directions :
Penyesuaian adegan dalam film seperti masuk dari kiri ke kanan sehingga orang atau alat transportasi dalam film tidak memiliki arah yang terbalik ketika pengambilan gambar lain dimasukkan.
Matte :
Sebuah cut-out atau penutup sebagian yang diletakkan didepan lensa untuk mencegah ekspose dari bagian film. Misalnya sepasang kembar identik sedang berbicara, padahal hanya satu aktor/aktris yang memerankan peran tersebut.
Matte Box :
Sebuah frame yang dipasang didepan lensa kamera dan didesain untuk menahan matte kamera yang digunakan pada suatu efek khusus. Matte Box biasanya dikombinasikan dengan sunshade.

Measuring Tape :
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dari lensa ke subyek dengan tujuan untuk menentukan fokus secara tepat.
Microphone Shadow :
Munculnya bayangan dari mikrofon pada bagian set yang masuk pada area pandang kamera. Bila muncul pada gambar maka it’s a no-no (gambar tidak terpakai)
Mock-Up :
Tiruan suatu benda yang dibuat seperti asli tapi hanya berupa bagian tertentu saja menurut kebutuhan.

Montage :
Urutan gambar yang mengalir, menyatu, atau kadang dipotong dari yang satu ke yang lainnya. Digunakan untuk memperlihatkan peningkatan atau pembalikan waktu terhadap perubahan lokasi.
M.O.S. :
Porsi gambar dari sebuah adegan yang diambil tanpa merekam suaranya. Inisial ini awalnya muncul dari sutradara Eropa yang tidak dapat mengucapkan WS dan mengatakan Mit Out Sound.
Moving Shot :
Teknik pengambilan gambar dari obyek yang bergerak.
Music Departement :
Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.
Master Control :
Perangkat teknis utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan video dari berbagai input pada suatu produksi acara
Medium Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak yang cukup dekat
Medium Shot :
Gambar diambil dari jarak dekat
Medium Long Shot :
Gambar diambil dari jarak yang panjang dan jauh
Middle Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak sedang
Master Shot :
Gambar pilihan utama dari sebuah adegan yang kemudian dijadikan referensi atau rujukan pada saat melakukan proses editing.

N
N.G. :
No Good (tidak baik) Istilah ini dipakai sebagai komentar terhadap pengambilan gambar yang tidak baik pada laporan kamera dan suara, misalnya N.G. Sound, N.G. Action
NTSC (National Television Standards Committee)
Sistem warna televisi yang dipergunakan di negara Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, NTSC terdiri dari 525 garis pemindaian yang berada pada rate 30 frame perdetiknya.
Non-Exclusive Contract :
Kesepakatan dimana sesorang dijamin untuk ikut dalam sejumlah produksi namun diperbolehkan untuk bekerja pada produksi lainnya.
Non-Theatrical Film :
Film yang tidak dipertontonkan di bioskop melainkan untuk film pelatihan.

O
O.S. :
Off Screen (tidak tampak pada layar)
Outs, Out Takes :
Bagian gambar yang tidak masuk pada versi lengkap dari sebuah film.
Overlap :
Perintah untuk aktor/aktris agar memulai dialog tanpa harus menunggu pemeran lainnya menyelesaikan dialognya.
Opening Scene :
Adegan yang dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita.
Biasanya adegan ini dikemas secara kreatif dan menarik untuk
mendapatkan perhatian dari penonton

kamus istilah dalam produksi film (GHIJKL)

G
Gaffer :
Pemimpin electrician yang bertanggung jawab di bawah Director of Photography mengenai pencahayaan set, biasanya disebut Co.Lighting.
Geared Head :
Unit dimana kamera dipasangkan yang dapat dihubungkan pada dolly atau crane dan panned (gerakan secara horisontal) atau tilted (gerakan secara vertikal) memungkinkan kamera untuk mengikuti gerakan.
Gen :
Truk generator yang digunakan untuk menyediakan tenaga listrik ketika unit film berada di lokasi atau tambahan penyediaan tenaga di studio. Juga disebut sebagai genset.
Gobo :
Layar kayu yang dicat hitam. Digunakan untuk menghalangi cahaya dari sati atau lebih pencahayaan lampu studio, suatu set peralatan yang digunakan untuk mecegah jatuhnya cahaya yang tidak diinginkan ke lensa kamera atau area set. Biasanya diletakkan pada sanggahan yang dapat disesuaikan. Gobo tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Green Departement :
Bertanggungjawab untuk menyediakan pepohonan, semak, bunga, rumput, dan benda-benda hidup lainnya baik yang asli maupun buatan.
Grip :
Orang yang berwenang memindahkan dan mengatur trek atau jalannya kamera - apapun yang membutuhkan cengkeraman yang kuat - di set.
Grip Chain :
Rantai ringan yang digunakan untuk berbagai keperluan yang dilakukan oleh bagian grip. pada set biasanya digunakan pada sekitar kaki kursi atau sofa yang ditempati pemain untuk mencegahnya bergerak.

H
Hairdresser :
Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan penata rambut laki-laki maupun perempuan.
Hairdresser Departement :
Bertanggungjawab atas kebutuhan rambut asli maupun wig untuk para aktor dan aktris.
Hand Cue :
Biasanya diberikan oleh sutradara atau asistennya untuk menunjukan waktu masuk seorang aktor/aktris atau bagian khusus dari suatu adegan.
Hand Held :
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti handycam, jenis yang dapat ditahan oleh operator kamera dengan tangannya selagi mengambil gambar, berlawanan dengan meletakkannya pada gear head atau tripod. Memberikan fleksibilitas yang lebih. Teknik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod
Headroom :
Ruangan bagian atas suatu obyek dalam gambar dengan bagian atas frame.
High Head :
Tripod logam kecil dengan ketinggian tertentu yang dapat dipasangkan ke lantai untuk mempertahankan posisinya. Digunakan untuk menahan kamera saat pengambilan gambar dengan sudut rendah.

Hot Set :
Suatu set yang telah diisi barang dan dekor untuk syuting. Penggambaran ini biasanya mengindikasikan bahwa set tersebut tidak boleh dimasuki atau digunakan.

Hot Spot :
Area dalam set yang memiliki pencahayaan yang sangat terang.

Hunting Location :
Proses pencarian dan penggunaan lokasi yang tepat dan terbaik
untuk syuting.

I
Idiot Cards :
Kartu besar tempat dialog dituliskan untuk aktor yang tidak dapat mengingat kalimatnya. Dapat juga berarti sebuah bagian mesin elektronik yang mahal disebut Tele-Prompter, dimana sebuah gulungan kertas ditempatkan di depan atau dekat dengan kamera dan dituliskan dialognya dengan huruf yang besar sehingga mudah untuk dibaca. Bisa juga disebut dengan Cue cards.
Independent :
Seseorang yang membuat film tanpa dipekerjakan oleh sebuah studio besar.
Insert Shot :
Suatu obyek biasanya yang dicetak seperti surat kabar atau sebuah jam, dan dimasukkan ke dalam rangkaian untuk menjelaskan tindakan.
Int. :
Interior. Bagian dari film yang diambil didalam ruangan. Interior dapat berupa set yang dibentuk di studio atau diluar studio. Lebih dikenal sekarang ini sebagai location interiors.
Intercut :
Mengubah urutan tindakan dari belakang ke depan dari sebuah adegan ke adegan lain, biasanya dilakukan dengan kecepatan cukup tinggi.

Iris :
bagian yang terbuka dari sebuah lensa atau bagian belakang yang mengatur masuknya cahaya kdalam film. ukuran Iris dapat dikontrol oleh operator kamera.


J
Jell :
Gelatin atau materi plastik berwarna yang digunakan di depan sebuah lampu untuk mengubah warna cahaya dari lampu tersebut. Bisa juga disebut dengan Gel.
Jumping Shot :
Proses pengambilan gambar secara tidak berurutan
Jimmy Jib :
Katrol kamera otomatis yang digerakan dengan remote

K
Key Grip :
Orang yang memimpin para pekerja grip.
Key Light :
Cahaya utama yang digunakan untuk menerangi subyek tertentu.

L
Lab :
Secara umum disebut sebagai suatu tempat untuk memproses exposed film pada tahap akhir.
Lens (Lensa) :
Konstruksi dari berbagai macam potongan kaca yang dipasang sesuai kebutuhan dan dimasukkan kedalam tube metal. Beberapa jenis lensa bersifat tetap dalam arti tidak dapat diubah-ubah panjangnya.

Light Meter :
Instrumen kecil dan dapat dipegang dengan tangan yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
Lining Up :
Membatasi adegan. Operator kamera atau sutradara mengatur penempatan kamera sehingga mencakup ruang pengelihatan yang diinginkan. Dapat juga berarti framing.
Limbo :
Melakukan pengambilan gambar pada area atau set yang tidak dapat dijelaskan sebagai suatu lokasi khusus. Dapat digunakan untuk adegan close-up, insert, dan lain sebagainya.
Lip-Sync :
Sesi perekaman saat seoarang aktor/aktris menyesuaikan suaranya dengan gerakan bibir dari gambar.
Location Departement :
Bertanggung jawab untuk mendapatkan lokasi khusus yang dibutuhkan untuk syuting film serta membuat penagturan agar seluruh kru dan peralatan dapat mencapai lokasi tersebut.
Long Focus Lens :
Istilah yang relatif digunakan untuk menggambarkan lensa yang lebih panjang dari ukuran fokus normal (telephoto) dan memberikan perbesaran image.
Looks :
Arah khusus yang diminta pada aktor/aktris untuk menagrahkan matanya dengan tujuan untuk menyesuaikan tindakan pada gambar sebelumnya. Bisa juga untuk mengindikasikan lokasi seseorang atau benda yang tidak ada dalam gambar, misalnya diluar kamera.
Long Shot :
Gambar direkam dari jarak jauh. Biasanya digunakan dengan cara
pengambilan gambar dari sudut panjang dan lebar.

kamus istilah dalam produksi film (DEF)

D
Dailies :
Hasil cetakan positif, dikirimkan setiap hari dari laboratorium berasal dari negatif film yang dipergunakan di hari sebelumnya.
Depth of Focus :
Area tempat berbagai benda yang diletakkan dengan berbagai ukuran jarak di depan lensa akan tetap memperoleh fokus yang tajam.
Dialogue Coach or Dialogue Director :
Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu pengaturan dialog saat pre-syuting.

Diffusers :
Potongan materi difusi diletakkan di depan lampu studio untuk memperhalus.
Director :
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.
Documentary :
Film yang menyajikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan kamera, sound, dan lokasi.
Dolly :
Kendaraan/alat beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang yang disebut Dolly Grip.
Dollying :
Pergerakan kamera selama pengambilan gambar dengan menggunakan kendaraan/alat beroda yang mengakomodasikan kamera dan operator kamera. Kadang disebut juga tracking atau trucking.
Double :
Bisa diartikan pemain tambahan yang menggantikan aktor/aktris selama pengaturan cahaya atau dapat berarti stunt yang menggantikan aktor/aktris dalam adegan berbahaya.
Dress The Set :
Perintah untuk menempatkan banyak benda (misal lampu, asbak, bunga, atau lukisan) di set untuk memunculkan realitas.
Drift :
Ketika seorang aktor/aktris hampir tidak disadari bergerak keluar dari posisinya. Dapat juga berupa petunjuk untuk menghilang dengan suatu cara tertentu, dengan arti melakukan perlahan dan bertahap.
Dual Role :
Pemutaran lebih dari satu bagian peran seorang aktor/aktris dalam sebuah film yang sama.
Dubbing :
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya mungkin atau mungkin tidak berasal dari aktor/aktris yang sesungguhnya serta bisa juga bahasa yang digunakan ketika film tersebut dibuat.
Dubbing biasanya diselesaikan dengan menggunakan Film Loops - bagian pendek dari sebuah gambar beserta dialognya dalam bentuk married print. Aktor/aktris menggunakan gambar dan soundtrack playback sebagai panduan untuk mensinkronkan gerakan bibir dalam gambar dengan perekaman suara terbaru. Umumnya digunakan untuk memperbaiki perekaman asli yang buruk., performa artistik yang tidak dapat diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses pemfilman.
Dulling Spray :
Sebuah penyemprot aerosol yang menyisakan lapisan yang tidak mengkilat pada permukaan apapun dan tidak mengakibatkan penyilauan pada lensa kamera.
Durasi :
Waktu yang diberikan atau dijalankan
Dimmer :
Digunakan untuk mengontrol naik turunnya intensitas cahaya
Dissolve :
Teknik penumpukan gambar pada editing maupun syuting multi kamera
Depth of Field :
Area dimana seluruh obyek yang duterima oleh lensa dan kamera
muncul dengan fokus yang tepat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh
jarak antara obyek dan kamera, focal length dari lensa dan f-stop
Dramatic Emotion :
Emosi gambar secara dramatis

E
Editing :
Proses pemotongan gambar
Editor :
Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli pemotongan
gambar video dan audio.
Editorial Departement :
Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga membentuk urutan yang koheren, kadang dengan bantuan asisten sutradara atau produser.
Electric Departement :
Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala alat elektrik. (misalnya: lampu, kabel, dan lain sebagainya) untuk kebutuhan film.
Electrician :
Orang yang bertanggung jawab terhadap penempatan dan penyesuaian cahaya serta menyediakan listrik sesuai kebutuhan tiap alat.
Exclusive Contract :
Kontrak yang menyatakan bahwa seseorang dapat bekerja hanya untuk orang atau perusahaan tertentu yang mengontraknya.
Exhibitor :
- Orang atau perusahaan yang memiliki bioskop atau drive-in atau rantai lain yang memungkinkan ditontonnya sebuah film.
- Teater atau drive-in yang mempertunjukkan sebuah film.

Exposed :
Bahan baku film yang telah dipakai untuk merekam gambar. Kata “exposed” wajib dicantumkan pada setiap can film yang telah dipakai.
Ext. :
Eksterior. Bagian manapun dari film yang direkam di luar ruangan; jalanan kota, stadium, gurun, hutan, atau puncak gunung, beberapa lokasi dapat dibuat ulang di sounstage studio namun tetap dinamakan eksterior dalam naskah.
Extra :
Orang yang dipekerjakan sebagai pemain latar, misalnya sebagai salah satu orang dalam kerumunan dalam adegan di jalan.
Engineering :
Sebutan dalam pengerjaan dan pembagian kerja dalam masalah
teknis penyiaran
Establish Shot :
Gambar yang natural dan wajar

Extreme Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak sangat dekat

F
Fade Out, Fade In :
Efek berupa gambar yang perlahan hilang dan menjadi gelap (fade out) atau gambar yang muncul dari kegelapan (fade in). Digunakan untuk menekankan berlalunya waktu atau akhir dari adegan atau cerita.
False Move :
Gerakan yang tidak terencana oleh aktor/aktris sebelum melakukan gerakan yang telah direncanakan. False Move yang dilakukan aktor dapat memunculkan masalah dengan mengatur Dolly Grip untuk bergerak bersama dolly dan kamera karena ia berpikir bahwa gerakan aktor adalah isyarat untuk menggerakan kamera.
Fast Motion :
Melakukan pemfilman dengan kecepatan dibawah standar kemudian memproyeksikan dengan kecepatan standar untuk membuat tindakan terlihat lebih cepat dari normal. Juga menciptakan efek masa lalu dan film bisu.
Feature Part :
Peran yang tidak terlalu penting untuk seorang bintang, tapi cukup besar untuk memunculkan perhatian khusus. Biasanya dilakukan oleh aktor/aktris yang telah dikenal baik oleh penonton. Saat ini lebih dikenal dengan Cameo.
Fifty-fifty :
Biasanya sudut kamera atau pengambilan gambar ketika dua orang aktor/aktris saling berhadapan, berbagi lensa dengan adil. Juga disebut sebagai a two shot atau a two.
Fill Light :
Set pencahayaan umum yang digunakan untuk memperhalus kontras dari key lighting.
Film :
Media untuk merekam gambar yang menggunakan selluloid sebagai bahan dasarnya. Memiliki berbagai macam ukuran lebar pita seperti 16mm dan 35mm.
Film Clip :
Bagian pendek dari sebuah film.
Film Loader :
Pengisi Film. Anggota tim kamera kadang adalah asisten kameramen yang mengisi film yang belum diekspose ke dalam magazine dan mengeluarkan film yang telah diekspose ke dalam can.
First Run :
Pertama kali sebuah film dilepas ke bioskop untuk ditonton. Saat ini lebih dikenal dengan premiere.
Fishpole Boom :
Sebuah tiang ringan yang dapat digenggam dan dapat dipindahkan untuk digunakan meletakkan mikrofon di lokasi yang sulit selama pemfilman.
Flag :
Miniatur Gobo dari kayu lapis atau kain pada bingkai metal yang diletakkan pada century stand.
Flare :
Ketika suatu obyek atau cahaya dari set memantulkan cahaya yang tidak diinginkan scara langsung pada lensa.
Flashback :
Bagian dari cerita film yang mengisahkan waktu periode awal, tergantung dari cerita.
Flub :
Ketika aktor/aktris melakukan kesalahan dalam pengucapan dialog - flubbed his line
Fluid Head :
Landasan pada tripod kamera yang memberikan gerakan halus untuk kamera melalui penggunaan flywheel yang diletakkan dalam wadah berisi minyak dalam landasan itu sendiri.
Focus :
Penyelarasan gambar secara detail, tajam, dan jernih hingga mendekati
obyek aslinya
Fog Maker :
Menggunakan cairan khusus sehingga fog maker dapat memunculkan efek kabut, asap, efek kabur (blur), dan kelembaban. Dengan menggunakan cairan jenis lain maka dapat digunakan untuk menghilangkan kabur yang tidak diinginkan. Alat ini dapat berukuran kecil, mesin yang dapat digenggam atau mesin besar yang diletakkan di kereta.
Follow Focus :
Perubahan fokus kamera selama adegan untuk mempertahankan fokus pada aktor/aktris yang bergerak mendekati atau menjahui kamera. Biasanya menjadi tugas first assistant cameraman.

Follow Shots :
Pengambilan gambar dengan kamera bergerak memutar untuk mengikuti pergerakan pemeran dalam adegan.
Final Editing :
Proses pemotongan gambar secara menyeluruh
Floor Director :
Seseorang yang bertanggungjawab membantu mengkomunikasikan
keinginan sutradara dari master control ke studio produksi
Footage :
Gambar-gambar yang tersedia dan dapat digunakan
Footage Counter :
Alat penghitung yang berada pada kamera untuk tetap dapat mengikuti jumlah film yang telah diekspose.
Four Walled Set :
Sebuah set yang memiliki 4 dinding bukan 3 seperti biasanya. Keempat dinding menutup area aksi secara sempurna namun mungkin dapat dipindahkan untuk memungkinkan pergerakan cahaya dan kamera selama melakukan pengambilan gambar.
Frame :
- Suatu gambar dari banyak gambar pada gulungan film yang telah diekspose, ukuran frame bervariasi sesuai format yang akan diambil gambarnya.
- Menyesuaikan kamera dan lensa sehingga gambar yang akan diambil memiliki batasan yang diinginkan.
Frame per Second (fps) :
Sebuah film 35mm berputar dalam kamera dengan kecepatan normal menghasilkan 24 frame perdetiknya sehingga bila banyak frame yang diputar tiap detiknya aksi dari subyek akan diperlambat ketika diproyeksikan dalam kecepatan normal. Bila lebih sedikit dari 24 frame yang diputar maka aksi tampat dipercepat bila diproyeksikan dengan kecepatan normal.
Freelancer :
Orang yang tidak terikat kontrak dengan produser atau perusahaan manapun.
Freeze :
Perintah bagi aktor/aktris untuk menghentikan aksi namun mempertahankan posisinya. Dalam film yang aktor/aktris atau obyek lain muncul dengan tiba-tiba misalnya “pop in” pada layar maka aktor/aktris dalam adegan akan diminta untuk diam. Orang atau obyek kemudian ditempatkan di posisinya kemudian perintah untuk “action” diberikan dan adegan dilanjutkan. Dalam pemotongan film di bagian tengah dari masuknya aktor/aktris atau penempatan obyek akan dihilangkan.

Rabu, 03 Juni 2009

Membuat dokumenter…Why not??

Saat membahas film dokumenter, kita pasti tahu dokumenter itu sesuatu yang nyata dan benar-benar terjadi bukan fiksi. Pada kenyataannya membuat film dokumenter memang tidak sesederhana kita berfikir bahwa kita hanya tinggal pergi ke suatu tempat dimana terjadi sesuatu yang menarik, merekam gambarnya, maka jadilah sebuah film.
Tidak sesimpel itu untuk menbuat sebuah film dokumenter. Dokumenter adalah perlakuan kreatif terhadap aktualitas, bukan sekadar transkripsi mentah-mentah terhadap aktualitas. Transkripsi atau rekaman yang ketat memang punya nilai tersendiri, seperti untuk dokumentasi peristiwa atau situasi tertentu. Misalnya, dokumentasi pertandingan sepakbola Persib lawan PSMS. Bagaimanapun, kita cenderung menganggap rekaman itu hanya sebagai footage, ketimbang dokumenter.
Sebuah dokumenter mengumpulkan bukti-bukti (footage), namun kemudian menggunakannya untuk membangun perspektif atau argumennya sendiri tentang dunia, tentang tanggapan retoris atau puitisnya sendiri terhadap dunia. Jadi, dalam sebuah dokumenter, diharapkan terdapat transformasi bukti-bukti menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar fakta kering.
Tapi sekalipun tidak mudah, kita tidak perlu pesimis, pemulapun bisa kok membuat dokumenter sendiri. Kita cukup tahu apa saja sih unsur-unsur yang dibutuhkan dalam sebuah film dokumenter.. dari data yang sedikit aku comot dari artikel Satrio Arismunandar, ini dia beberapa unsurnya:
Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam Dokumenter
Pertama, kita harus memiliki gambar (footage) yang baik. Yakni, sebuah bukti visual yang mengajukan pernyataan tentang film dokumenter tersebut dalam bahasa visual.
Gambar tentang Tsunami yang melanda kota Banda Aceh itu memang bagus, namun belum cukup. Sebuah dokumenter mungkin saja memprofilkan warga Aceh, yang memilih bertahan hidup di pinggir pantai, meski tahu bahwa sewaktu-waktu Tsunami bisa saja melanda daerahnya lagi.
Kedua, kita harus memiliki ide atau konsep, yang mengekspresikan sudut pandang karya dokumenter tersebut.
Wawancara mungkin bisa membantu merumuskan suatu sudut pandang. Namun, wawancara itu biasanya merupakan cara yang terlalu berat dan merepotkan dalam sebuah dokumenter, untuk menyampaikan suatu gagasan. Wawancara semata-mata tidak lantas menjadikannya sebuah dokumenter. Hal ini karena wawancara tidak menunjukkan topik, tetapi wawancara hanya menunjukkan orang yang sedang bicaratentang suatu topik.
Ketiga, kita harus memiliki sebuah struktur. Yaitu, progresi gambar dan suara secara teratur, yang akan menarik minat audiens, dan menghadirkan sudut pandang dari karya dokumenter tersebut, sebagai sebuah argumen visual.
Misalnya, film dokumenter The War Room, karya Chris Hegedus dan D.A. Pennebaker, tentang kampanye Bill Clinton tahun 1992, sebelum menjadi Presiden AS. Film ini dibuka dengan serangkaian gambar di daerah pemilihan New Hampshire, yang menunjukkan problem-problem yang dihadapi Clinton selaku kandidat presiden. Tidak ada wawancara dalam film itu. Yang terlihat adalah interaksi-interaksi, yang menunjukkan apa yang terjadi pada kampanye Clinton saat itu. Ketika menonton film itu, secara bertahap audiens melihat kampanye Clinton akhirnya berhasil mengatasi berbagai hambatan, dalam proses menuju kemenangan.
Membuat film dokumenter, atau feature, diawali dengan ide atau gagasan, dan berakhir dengan paket yang siap ditayangkan untuk audiens. Kita sepatutnya memandang, pembuatan sebuah dokumenter pada dasarnya lebih merupakan problem komunikasi, yakni bagaimana menyampaikan suatu pesan kepada audiens. Bukan sebuah problem teknis (peralatan).
Berbagai kemasan dokumenter
Kemasan dokumenter bisa sangat beragam. Mulai dari dokumenter yang di-syut pada situasi apa adanya, sampai dokumenter yang menggunakan gambar reka ulang (reenactment atau recreation), dengan naskah (script) lengkap, dengan persiapan dan perhatian terhadap hal-hal yang detail.
Nah, setelah tahu apa saja unsur yang dibutuhkan mungkin diantara kalian bisa mulai berfikir membuat film dokumenter gak susah-susah amat. Apalagi kalau rumusnya ditambah ada niat, minat dan bakat pasti semuanya tambah mudah…Jadi, Membuat Film Dokumenter?? Why Not??