Rabu, 03 Juni 2009

Membuat dokumenter…Why not??

Saat membahas film dokumenter, kita pasti tahu dokumenter itu sesuatu yang nyata dan benar-benar terjadi bukan fiksi. Pada kenyataannya membuat film dokumenter memang tidak sesederhana kita berfikir bahwa kita hanya tinggal pergi ke suatu tempat dimana terjadi sesuatu yang menarik, merekam gambarnya, maka jadilah sebuah film.
Tidak sesimpel itu untuk menbuat sebuah film dokumenter. Dokumenter adalah perlakuan kreatif terhadap aktualitas, bukan sekadar transkripsi mentah-mentah terhadap aktualitas. Transkripsi atau rekaman yang ketat memang punya nilai tersendiri, seperti untuk dokumentasi peristiwa atau situasi tertentu. Misalnya, dokumentasi pertandingan sepakbola Persib lawan PSMS. Bagaimanapun, kita cenderung menganggap rekaman itu hanya sebagai footage, ketimbang dokumenter.
Sebuah dokumenter mengumpulkan bukti-bukti (footage), namun kemudian menggunakannya untuk membangun perspektif atau argumennya sendiri tentang dunia, tentang tanggapan retoris atau puitisnya sendiri terhadap dunia. Jadi, dalam sebuah dokumenter, diharapkan terdapat transformasi bukti-bukti menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar fakta kering.
Tapi sekalipun tidak mudah, kita tidak perlu pesimis, pemulapun bisa kok membuat dokumenter sendiri. Kita cukup tahu apa saja sih unsur-unsur yang dibutuhkan dalam sebuah film dokumenter.. dari data yang sedikit aku comot dari artikel Satrio Arismunandar, ini dia beberapa unsurnya:
Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam Dokumenter
Pertama, kita harus memiliki gambar (footage) yang baik. Yakni, sebuah bukti visual yang mengajukan pernyataan tentang film dokumenter tersebut dalam bahasa visual.
Gambar tentang Tsunami yang melanda kota Banda Aceh itu memang bagus, namun belum cukup. Sebuah dokumenter mungkin saja memprofilkan warga Aceh, yang memilih bertahan hidup di pinggir pantai, meski tahu bahwa sewaktu-waktu Tsunami bisa saja melanda daerahnya lagi.
Kedua, kita harus memiliki ide atau konsep, yang mengekspresikan sudut pandang karya dokumenter tersebut.
Wawancara mungkin bisa membantu merumuskan suatu sudut pandang. Namun, wawancara itu biasanya merupakan cara yang terlalu berat dan merepotkan dalam sebuah dokumenter, untuk menyampaikan suatu gagasan. Wawancara semata-mata tidak lantas menjadikannya sebuah dokumenter. Hal ini karena wawancara tidak menunjukkan topik, tetapi wawancara hanya menunjukkan orang yang sedang bicaratentang suatu topik.
Ketiga, kita harus memiliki sebuah struktur. Yaitu, progresi gambar dan suara secara teratur, yang akan menarik minat audiens, dan menghadirkan sudut pandang dari karya dokumenter tersebut, sebagai sebuah argumen visual.
Misalnya, film dokumenter The War Room, karya Chris Hegedus dan D.A. Pennebaker, tentang kampanye Bill Clinton tahun 1992, sebelum menjadi Presiden AS. Film ini dibuka dengan serangkaian gambar di daerah pemilihan New Hampshire, yang menunjukkan problem-problem yang dihadapi Clinton selaku kandidat presiden. Tidak ada wawancara dalam film itu. Yang terlihat adalah interaksi-interaksi, yang menunjukkan apa yang terjadi pada kampanye Clinton saat itu. Ketika menonton film itu, secara bertahap audiens melihat kampanye Clinton akhirnya berhasil mengatasi berbagai hambatan, dalam proses menuju kemenangan.
Membuat film dokumenter, atau feature, diawali dengan ide atau gagasan, dan berakhir dengan paket yang siap ditayangkan untuk audiens. Kita sepatutnya memandang, pembuatan sebuah dokumenter pada dasarnya lebih merupakan problem komunikasi, yakni bagaimana menyampaikan suatu pesan kepada audiens. Bukan sebuah problem teknis (peralatan).
Berbagai kemasan dokumenter
Kemasan dokumenter bisa sangat beragam. Mulai dari dokumenter yang di-syut pada situasi apa adanya, sampai dokumenter yang menggunakan gambar reka ulang (reenactment atau recreation), dengan naskah (script) lengkap, dengan persiapan dan perhatian terhadap hal-hal yang detail.
Nah, setelah tahu apa saja unsur yang dibutuhkan mungkin diantara kalian bisa mulai berfikir membuat film dokumenter gak susah-susah amat. Apalagi kalau rumusnya ditambah ada niat, minat dan bakat pasti semuanya tambah mudah…Jadi, Membuat Film Dokumenter?? Why Not??

2 komentar:

  1. bagus lah buat nambah pengalaman baru
    buat lagi yang asik oke

    BalasHapus
  2. hahaha... gimana c trik e buat film dkumenter biar g membosankn gt... aku bingung... cz tiap bkin kok blum nmuin hal yang waaah gt..

    BalasHapus